Masyarakat mengusulkan yang diinginkan masyarakat, tapi pengambil keputusan memutuskan yang ada dampaknya pada keterpilihan buat periode berikutnya. Yang diutamakan yang bisa membuat masyarakat memilih dia kembali.
Musrenbang hanya menampung aspirasi. Tapi kemudian akan terkendala implementasinya pada dua hal: anggaran terbatas dan kepentingan pengambil keputusan.
Tidak ada kepala daerah berpikir buat proyek untuk kemaslahatan masyarakat jangkauannya melebihi lima tahun. Dia ingin hasil kerjanya langsung ketahuan dalam lima tahun karena dia ingin dipilih kembali.
Hasil pilkada langsung itu tidak memberikan yang terbaik pada rakyat. Akibatnya, kebijakan dibuat tidak langsung berdampak kepada rakyat, hanya prioritasnya mereka.
Coba lihat perilaku rakyat, sekarang ini mereka dikorbankan oleh ketidakadaan infrastruktur, pendidikan lemah, dan lapangan kerja tidak terbuka. Mereka mengamuk, sesuai kondisinya. Dikasih ceramah tiap hari tidak masuk di kepalanya, ditangkapi tiap hari, digunduli di kantor polisi, ya keluar bandel lagi. Faktor pendidikan, faktor kesejahteraan, kenapa bukan itu difokuskan?
Sementara kita teriak-teriak kemiskinan tidak selesai, infrastruktur miskin, untuk keperluan sehari-hari air tidak cukup, listrik padam-padam terus, tapi belanjakan uang habis-habisan untuk pilkada sekian triliun, dimana logikanya, hanya menghasilkan bupati/wali kota masuk penjara.
Keberadaan organisasi kepemudaan dapat menambah dinamika eksistensi dan peranan pemuda dalam membangun bangsa. Pemuda merupakan salah satu solusi dari segala permasalahan bangsa saat ini. Satu hal yang pasti, bahwa Pemuda harus berorientasi untuk terus melakukan pembenahan terhadap berbagai persoalan yang ada.
Karena itulah diperlukan komitmen yang tinggi dan penuh kesadaran akan arti penting sebuah restorasi. Berbuat hari ini bukan hanya untuk saat ini, tetapi lebih ke kepentingan masa depan yang lebih baik.
Pemuda menjadi aktor untuk terwujudnya demokrasi politik dan ekonomi yang sebenarnya. Tidak dapat dihindari bahwa politik dan ekonomi masih menjadi bidang eksklusif bagi sebagian orang, termasuk generasi muda. Pemuda harus menyadari , bahwa sumber daya (resource) negeri ini merupakani aset yang harus dipertahankan supaya tidak terjebak dalam konspirasi ekonomi kapitalis. Pemuda harus dapat memainkan perannya sebagai kelompok penekan (pressure group) agar kebijakan-kebijakan strategis pemerintah betul-betul bermanfaat bagi kepentingan bangsa.
Mengembalikan semangat nasionalisme dan patriotisme dikalangan pemuda akan mengangkat moral perjuangan generasi muda. Nasionalisme adalah kunci integritas suatu negara atau bangsa. Sementara visi reformasi seperti pemberantasan KKN, amandeman konstitusi, otonomi daerah, budaya demokrasi yang wajar, dan egaliter juga dapat memacu semangat pemuda untuk memulai perubahan.
Pemuda harus bersatu dalam kepentingan yang sama (common interest) untuk suatu kemajuan dan perubahan. Tidak ada yang bisa menghalangi perubahan yang diusung oleh kekuatan generasi muda, sepanjang moral dan semangat juang tidak luntur. Namun bersatunya pemuda dalam satu perjuangan bukanlah persoalan mudah. Dibutuhkan syarat minimal agar pemuda dapat berkumpul dalam satu kepentingan. Pertama, moral perjuangan harus terpenuhi, yakni terbebas dari kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok. Kedua, kesamaan agenda perjuangan secara umum. Ketiga, terlepasnya unsur-unsur primordialisme dalam perjuangan bersama yang sensitive dalam kebersamaan.
Sudah Saatnya pemuda menempatkan diri sebagai agen sekaligus pemimpin perubahan. Pemuda harus memperjuangkan cita-cita bangsa melalui perjuangannya. Generasi muda yang relatif bersih dari berbagai kepentingan akan menjadi asset yang potensial dan mahal dimasa depan. Saatnya pemuda memimpin perubahan. Pemuda yang tergabung dalam berbagai Organisasi Kemasyarakatan, pemuda yang memiliki persyaratan awal untuk memimpin perubahan. Mereka memahami dengan baik kondisi daerahnya dari berbagai sudut pandang. Kemudian proses kaderisasi formal, informal dalam organisasi, serta interaksi yang kuat dengan berbagai lapisan sosial.
Disaat kondisi bangsa seperti saat ini peranan generasi muda sebagai pilar penggerak, pengawal jalannya reformasi, dan pembangunan sangat diharapkan. Dengan organisasi dan jaringannya yang luas, pemuda dapat memainkan peran yang lebih besar untuk mengawal jalannya reformasi dan pembangunan. Permasalahan yang dihadapi saat ini, justru banyak generasi muda atau pemuda yang mengalami disorientasi, dislokasi, dan terlibat pada kepentingan politik praktis. Seharusnya melalui generasi muda terlahir inspirasi untuk mengatasi berbagai kondisi dan permasalahan yang yang ada. Generasi muda yang mendominasi populasi penduduk Indonesia saat ini, mesti mengambil peran sentral dalam berbagai bidang untuk membangun bangsa dan Negara.
Seorang pemuda dituntut untuk tidak apatis (masa bodoh) atas segala masalah yang menimpa bangsa dan negara. Baik itu masalah bencana alam sampai bencana sosial ekonomi dan politik yang dimana alam bernegara dirusak oleh kebanyakan generasi tua yang haus akan kekuasaan. Pemuda sebagai generasi penerus dan pemegang tali kekuasaan, harus melawan segala kerbobrokan yang ada. Baik di area sosial atau pun politik.
Pemuda perlu memiliki pengetahuan tentang kepemimpinan. Dari apa itu pemimpin, ciri-ciri, dan tugasnya. Pemimpin adalah seseorang yang pandai dan menggunakan kepandaian tersebut untuk menggerakkan diri, organisasi dan masyarakat. Diantara kepandaian yang harus dikuasai adalah:
Pandai mengurus diri dan organisasi, termasuk mengatur waktu, keperluan diri sendiri, dan kerja
Pandai mendengar dan menghormati apapun pendapat dan kritikan
Pandai menganalisa dalam membuat keputusan
Pandai berkomunikasi dengan bahasa yang santun
Pandai menulis dan mendokumentasi dan mengerti Iptek
Pemuda harus sadar bahwa masa depan bangsa dan kepemimpinan negara berada di tangannya. Karena asas Kepemimpinan adalah kesadaran dan kemauan. Sikap dan ciri pemimpin yang baik adalah:
1) Berilmu, berakhlak, berintegritas, professional, dan pandai
2) Dapat membuat keputusan dan bertangguing jawab atas keputusannya.
3) Dapat mempengaruhi bukan dipengaruhi dan mampu menjadi contoh
Bangsa ini sudah cukup lelah mendengar dan malu melihat moral pemimpin bangsa yang ada di ambang batas kritis. Jadi, sudah saatnya pemuda membuktikan idealismenya dengan menjadi pemimpin bangsa ini. Pemimpin muda tentunya akan membawa harapan baru bagi rakyat, dan membawa angin segar di kancah kepemimpinan masa depan. Sudah seharusnya semua kalangan memberikan kesempatan dan apresiasi terhadap para pemuda untuk menjadi pemimpin yang produktif.
Pemuda Sebagai Wajah Bangsa
Kekuatan sebuah bangsa terletak di tangan para pemudanya. Karena merekalah yang akan menunjukkan wajah kehormatan suatu bangsa dalam kontes kehidupan. Jika para pemuda dalam suatu negara mengalami kerusakan moral dan agama, maka nasib bangsa perlu dikhawatirkan. Bagaimanapun, pemuda adalah kader bangsa yang harus dibina dengan segala bentuk pendidikan. Baik pendidikan kejiwaan (Psikologi) sampai pendidikan politik. Jangan sampai pendidikan yang dirancang dan dilaksanakan oleh negara tidak memerhatikan masa depan para pemudanya. Apalagi hanya mengedepankan kepentingan pribadi atau golongan saja.
Pemuda Indonesia adalah masa depan bangsa. Entah mereka masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah bekerja. Mereka merupakan aktor penting yang diandalkan untuk mewujudkan cita-cita dan pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan. Indonesia telah meletakkan dasar-dasar dan tujuan kebangsaan sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945.
Para pemuda terdahulu berjuang untuk kemerdekaan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Namun permasalahan bangsa yang semakin kompleks tentunya menbutuhkan energy yang cukup besar untuk menyelesaikannya. Dan pemuda tentunya merupakan sosok tepat yang mempunyai banyak energi untuk melaksanakan tugas tersebut. Maka mereka perlu diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin. Masalah kepemimpinan bukan masalah umur tua atau muda, tetapi masalah kapabilitas yang dimilik oleh pemimpin tersebut.
Apabila berkaca pada sejarah, proklamasi bangsa ini terjadi juga karena pemuda dengan segala idealismenya. Mereka bersihkukuh untuk segera lepas dari belenggu penjajah. Runtuhnya tirani orde baru juga tidak lepas dari peran pemuda sebagai mesin penggerak, ketika melihat berbagai ketidakadilan di masyarakat. Pemuda memang merupakan sebuah simbol idealisme dalam sejarah bangsa dari waktu ke waktu. Melihat hal tersebut tentunya pemuda memiliki nilai-nilai yang lebih untuk memimpin bangsa ini.
Saatnya yang muda yang memimpin, wacana ini sering kita dengar dalam setiap ungkapan para politisi senior dalam membahas persoalan kepemudaan. Tapi apakah ini hanya sebatas wacana? Inilah PR kita dalam mewujudkan wacana tersebut, dimulai dari hal yang mendasar. Karena untuk mewujudkan wacana tersebut perlu peran yang besar dari pemerintah, dimulai dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Sementara organisasi politik harus bisa memberikan kesempatan kepada pemuda dalam mengembangkan pemikiran untuk membangun bangsa. Mempersiapkan pemuda bermental baja serta mempunyai loyalitas tinggi dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat umum.
Pertanyaannya kemana rasa sosialisme pemuda saat ini? Jangan sampai yang dikatakan Bung Hatta, “Revolusi kita menang dalam menegakkan negara baru dalam menghidupkan kepribadian dan bangsa, tetapi revolusi kita kalah dalam melaksanakan cita-cita sosialnya” menjadi kenyataan. Sungguh ironis bila itu terjadi. Kecendrungan bahwa pemuda tampak bingung menempatkan kepribadiannya mulai terlihat nyata. Berbagai pandangan mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi dan tak lagi memiliki ikatan yang tinggi terhadap rasa kebangsaannya.
Pemuda pada era setelah reformasi terkesan ideologis, pragmatis bahkan materialistis. Aksi dan gerakannya kurang fokus, tidak memiliki visi bersama, dan bahkan terkotak-kotak. Hal ini disebabkan tidak adanya arah yang jelas ataupun kepedulian terhadap nasib bangsa. Oleh sebab itu diperlukan pengenalan kembali fungsi dan peran pemuda dalam membangun bangsa, yang sebelumnya tidak pernah absen menorehkan tinta emas.
Gerakan Kepemudaan merupakan martir untuk memperjuangkan hak dan cita-cita bangsa. Di tangan kaum mudalah harapan bangsa ini dapat terwujud. Bila berkaca pada sejarah, gerakan pemuda Indonesia ditandai oleh lahirnya organisasi modern yang disebut Boedi Oetomo pada tahun 1908. Kemudian diikrarkannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928 sebagai kesepakatan untuk menyatukan unsur-unsur heterogen pemuda menjadi bangsa yang satu.
Gerakan Kepemudaan merupakan martir untuk memperjuangkan hak dan cita-cita bangsa. Di tangan kaum mudalah harapan bangsa ini dapat terwujud. Bila berkaca pada sejarah, gerakan pemuda Indonesia ditandai oleh lahirnya organisasi modern yang disebut Boedi Oetomo pada tahun 1908. Kemudian diikrarkannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928 sebagai kesepakatan untuk menyatukan unsur-unsur heterogen pemuda menjadi bangsa yang satu.