lewat malam bulan memecah berlalu turun,
mataku mabuk oleh sinarnya, sayup berselimut marun
tetapi tetap kupejalkan waktu dalam mataku,
karena aku tak mau sedikitpun terlewatkan
atas pertunjukan rindu yg kau papar pada langit
jadi mari kita duduk sebentar, nikmati waktu yg sedikit.
nyiur angin melambai kanyutkan gelap,
bulan teriring menuju galih dan terlelap
di sisi yang lain langit mulai berbunga wajahmu
saling berciuman hingga tampak melembayung
jadi mari kita lulurkan sepoi angin, dengan cinta yang tak kenal ujung.
matahari itu menerbitkan indah matamu
putih kudus penuh rahasia dibalik tatapannya
sebab itu aku mencintai matamu
dan biarlah diriku meminum airnya
jadi mari siapkan cawan, biarkan kesedihanmu mengisi hatiku